Minggu, 20 November 2011

masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Daerah Perdesaan


Daerah pedesaan atau negara atau pedesaan adalah daerah yang tidak urbanisasi, meskipun ketika daerah yang luas dijelaskan kota negara, dan kota-kota yang lebih kecil akan dimasukkan. Mereka memiliki kepadatan penduduk yang rendah, dan biasanya banyak tanah dikhususkan untuk pertanian. Sejauh mana daerah padang gurun yang termasuk dalam istilah bervariasi; wilayah alam yang sangat besar tidak mungkin dijelaskan dengan istilah dalam konteks yang paling.
Di sebagian besar daerah pedesaan di dunia telah menurun sejak abad ke-19 atau sebelumnya, baik sebagai proporsi lahan, dan dalam hal proporsi penduduk yang hidup di dalamnya. Urbanisasi encroaches di tanah pedesaan, dan mekanisasi pertanian telah mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan lahan, sementara pekerjaan alternatif biasanya lebih mudah untuk mendapatkan di kota-kota. Dalam bagian gepeng negara maju perkotaan telah sangat mengurangi daerah yang bisa disebut pedesaan, dan langkah-langkah perencanaan penggunaan lahan yang digunakan untuk melindungi karakter daerah pedesaan dengan berbagai cara.

PENGERTIAN DESA/PEDESAAN
Yang dimaksud desa menurut Sutardjo Kartohadikusuma mengemukakan sebagai berikut:

“ desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.”

Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, social, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.

Sedangkan menurut Paul h. Landis, desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.

Ciri-ciri masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:

Di dalam masyarakat pedesaan memiliki hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
System kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban)
Sebagian besar warga masyarakat hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time) yag biasa mengisi waktu luang.
Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya.
Masyarakat pedesaan identic dengan istilah ‘gotong-royong’ yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Kerja bakti itu ada dua macam:

Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (biasanya di istilahkan dari bawah).
Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya tidak dari inisiatif warga itu sendiriberasal dari luar (biasanya berasal dari atas).
HAKIKAT DAN SIFAT MASYARAKAT PEDESAAN
Beberapa gejala-gejala social yang sering diistilahkan dengan:

Konflik (pertengkaran)
Kontraversi (pertentangan)
Kompetisi (persiapan)
Kegiatan pada masyarakat pedesaan
SISTEM NILAI BUDAYA PETANI INDONESIA
Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain sebagai berikut:

Para petani di Indonesia terutama di pulau jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan bersembunnyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa, bahkan sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian sebaik-baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup, dan kadang-kadnag untuk mencapai kedudukannya.
Mereka berorientasi pada masa ini (sekarang), kurang memperdulikan masa depan, mereka kurang mampu untuk itu. Bahkan kadang-kadang ia rindu masa lampau mengenang kekayaan masa lampau menanti datangnya kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan bagi mereka).
Mereka menganggap alam tidak menakutkan bila ada bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu yang harus wajib diterima kurang adanya agar peristiwa-peristiwa macam itu tidak berulang kembali. Mereka cukup saja menyesuaikan diri dengan alam, kurang adanya usaha untuk menguasainya.
Dan unutk menghadapi alam mereka cukup dengan hidup bergotong-royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu tergantung kepada sesamanya.
UNSUR-UNSUR DESA
Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaanya.

Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.

Tata kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa.

Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak berdiri sendiri.

FUNGSI DESA
Pertama, dalam hubungan dengan kota, maka desa yang merupakan “hinterland” atau daerah dukung yang berfungsi sebagai suatu daerah pemberian bahan makanan pokok.

Kedua, desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil artinya.

Ketiga, dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industry, desa nelayan dan sebagainya.

Dari uraian tersebut maka secara singkat ciri-ciri masyarakat pedesaan di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:

Homogenitas social
Bahwa masyarakat desa terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja, sehingga pola hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama/homogen.Hubungan primer

Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara musyawarah.

Kontrol sosial yang ketat
Setiap anggota masyarakat saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota lain bahkan ikut menyelesaikannya.

Gotong royong
Nilai-nilai gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya.

Ikatan sosial
Setiap anggota masyarakat pedesaan diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara ketat.

Magis religius
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam.

Pola kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.


Gambaran umum Tentang masyarakat Perkotaan


A. Gambaran umum masyarakat perkotaan.
Masyarakat kota adalah masyarakat yang anggota-anggotanya terdiri dari manusia yang
bermacam-macam lapisan/tingkatana hidup, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain. Mayoritas
penduduknya hidup berjenis-jenis usaha yang bersifat non agraris. (Muhammad Cholil Mansyur :
107)
Untuk menggambarkan mengenai karakteristik masyarakat perkotaan, kita mengacu
kepada pendapat dari seorang sosiolog yaitu Me. Iver-Page. Menurutnya yang ditulis dalam
bukunya Astrid S. Susanto (1985:135) berpendapat bahwa tidak boleh dilupakan bahwa kota
merupakan hasil pengelompokan dari daerah yang karena perubahan ekonomi dan perubahan
struktur mengalami pengelompokan baru. Adalah suatu kenyataan bahwa :
1. Kota terdiri dari berbagai kelompok (comunitas)
2. orang tidak terikat oleh tanah yang sama, sehingga akan mem peri ihatkan kebiasaan dan
norma yang berbeda.
3. Sehubungan dengan kadaan tadi, juga harapan dan gambaran tentang masa depan akan
berbeda.
4. Sehubungan dengan faktor, faktor terdahulu, kota mengakibatkan adanya kehidupan
heterogen dalam berbagai bidang.
Dari pendapat Mc. Iver-Paga diatas dapat disimpulkan bahwa karakter yang menunjukan
kehidupan masyarakat di perkotaan adalah :
a. Terdiri dari berbagai masyarakat yang memiliki latar belakang, baik suku, agama, ras dan
kebudayaan yang berbeda.
b. Masyarakat diperkotaa memiliki sifat yang indivualis, egois dan mementingkan
kehidupan pribadinya
c. Masyarakatnya merupakan masyarakat yang heterogen.
Melihat dari heterogenitas masyarakatnya, mentalitas atau perilaku masyarakat kota
menunjukan gejala-gejala:
1. Peningkatan kegiatan dengan akibat mobilitas sosial yang tinggi di kota.47
2. Terbentuknya associate individualism, yaitu situasi di mana individu merasa kurang aman
sehingga individu memilih dan mengadakan seleksi hubungan dengan sesama anggota profesi
atau lingkungannya.
3. Berkurangnya community sentiment (perasaan komunitas).
Menurut Muhammad Cholil Mansyur, Sifat-sifat yang tampak menonjol pada masyarakat
kota adalah :
1. Sikap hidup
Sikap hidup cenderung pada individualisme/egoisme. Yaitu masing-masing anggota masyarakat
berusaha berdiri sendiri tanoa terikat oleh anggota masyarakat lainnya, hal mana
menggambarkan corak hubungan yang terbatas, dimana setiap individu mempunyai otonomi
jiwa atau kemerdekaan pribadi sebagaimana disebut oleh prof. Djojodiguno S.H dengan
istilahnya masyarakat PTEMBAYAN atau sama dengan yang dimaksud oleh sosilogi Jerman
Ferdinan tonnies yang terkenal dengan istilahnya GESSELSCHAFT.
2. Tingkah laku
Tingkah lakunya bergerak maju mempunyai sifat kretaif, radikal dan dinamis. Dari segi budaya
masyarakat kota umumnya mempunyai tingkatan budaya yang lebih tinggi, karena kreativitas
dan dinamikanya kehidupan kota lebih lekas menerima yang baru ataum membuang sesuatu
yang lama, lebih lakas mengadakan reaksi, lebih cepat menerima mode-mode dan kebiasaankebiasaan bam.
3. Perwatakan-perwatakan
Perwatkannya cenderung pada sifat materialistis. Akibat dari sikap hidup egoisme dan
pandangan hidup radikal dan dinamis menyebabkan masyarakat kota lemah dengan segi religi,
yang mana menimbulkan efek-efek negatif yang berbentuk tindakan amoral, indisipiner kurang
memperhatikam tanggungjawab sosial.
B. Kerukunan Hidup Masyarakat Perkotaan
Secara sepintas dapat kita katakan bahwa dengan karakter masyarakat di perkotaan yang
heterogen, baik dalam agama, ras dan kebudayaan serta bahasa, individualistis, materialisme dan
egoisme maka sukar sekali untuk terciptanya kerukunan antar masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.
Namun dugaan tersebut hanyalah anggapan yang kurang kuat buktinya. Kenyataannya
diantara sifat atau karakter kehidupamn kota tersebut masyarakat tidak mengalami kesulitan 48
untuk melaksanakan kewajiban dan memperoleh haknya. Masyarakat kota yang terdiri atas
pemeluk-pemeluk berbagai agama tidak mengalami hambatan dalam melaksanakan iba'dah
sesuai dengan tata cara peribadatan masing-masing agama.sikap tenggang rasa dijunjung tinggi
di dalam pergaulan kehidupan antara umat beragama dengan tetap menghormati kebebasan
sebagai prasayarat terciptanya kerukunan untuk menghindari perpecahan dan perselisihan.
Sehingga dengan kerukunan ini tercipta suasana yang nyaman, aman dan tenang serta toleransi
antar umat beragama semakin kokoh.
Bagiamana kuatnya kerukunan dalam masyarakat diperkotaan ditunjukan dengan sikap
saling menghormati antara satu agama dengan agama lain dalam berbagai hal. Tiap-tiap umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mampn menahan diri untuk berbuat
menyakiti pemeluk agama yang lainnya.
Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu dan ajaran
agama yang lainnya dicampuradukan. Adanya sikap toleransi ini diharapkan dapat menjadi
sarana untuk mencapai terwujudnya ketenangan, saling menghaigaui, keicrtiban, serta keaktifan
menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing. Sikap saling menghargai dan
saling menghormati itu berguna untuk mencapai terbinanya perikehidupan yang rukun, tertib,
damai dan penuh toleransi.
Sebagai wujud dari kerukunan masyarakat diperkotaan maka mereka saling menghormati
dan menghargai antara pemeluk agama yang berbeda. Masyarakat merasa perlu untuk saling
menghormati dan menghargai sesama dengan anggapan bahwa dengan situasi seperti ini mereka
lebih tenang dan nyaman dalam melakukan aktivitas bekerja sehari-hari. Jika mereka tidak
menjaga ini, maka terjadi upa yang dinamakan dengan konflik. Sehingga dengan berbagai usaha
mereka mempertahan agar tidak terjadi konflik dalam kehidupan mereka sehari-hari yang pada
akhirnya akan mengganggu aktivitas mereka dalam berbagai bidang.
Kerukunan dalam masyarakat perkotaan ditunjukan dengan saling menghormati dan
menghargai aktivitas keagamaan yang dilakukan sesuai dengan keyakinan agamanya masingmasing, seperti melakukan perayaan hari-hari besar masing-masing agama. Umat Islam
merayakan hari-hari besar agamanya antara lain Idul Fitri dan Idul Adha, Maulid Nabi dan lainlain. Agama Kristen memperingati hari Paskah, Kenaikan Isa al-Masih, hari Natal dan tain-lain.
Agama Budha dan Hindu rnasing-masing memperingati hari raya Wisak dan Nyepi.49
Dalam perayaan hari besar keagamaan ini mereka berusaha untuk tidak mengganggu.
Masyarakat berusaha untuk saling menghargai satu sama lainnya. kerukunan juga diwujudkan
dalam aktivitas yang lain seperti saling tolong menolong antar agama yang berbeda yang hidup
bertentangga.
Saat sekarang ini, kerukunan antar umat beragama sedang diuji oleh berbagai masalah.
Saat ini dimasyarakat timbul kecungaan-kecurigaan terhadap pemeluk agama yang berbeda,
Umat Islam mencuriagai bahwa orang-orang Kristen berusaha menyebarkan agama kepada
orang-orang Islam yang sudah beragama dengan jalan membantu memperbaiki kehudipan
ekonomi umat Islam yang sedang terpuruk. Selain itu, dalam perayaan-perayaan hari besar
agama seperti agama Islam dan Kristen, masyarakat sekarang tidak lagi tenang untuk
melaksanakannya. Mereka diganggu oleh pikiran-pikiran akan terjadinya sesuatu pada saat
perayiian tersebut. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa-peritiwa pemboman yang terjadi
dibeberapa kota di Indonesia pada saat terjadinya perayaan hari besar keagamaan.
Dengan keadaan seperti ini mereka khawatir bahwa kerukunan yang selama ini mereka
jalin akan terganggu akibat terjadinya serentetan peristiwa yang di lakukan pada saat masingmasing agama sedang melaksakan perayaan hari besarnya.
Gambaran nyata mengenai bagaimana saat ini kita sedang mengalami degrasi kerukunan
antara umat beragama yang berada di perkotaan dapat dilihat dari peristiwa di Ambon dan
Maluku serta peristiwa-peristiwa di daerah lainnya. dari peritiwa-peristiwa tersebut dapat
disirnpulkan bahwa kerukunan yang selama ini kita jalin antar umat beragama mulai terkoyak.
Padahal dalang dari peristiwa tersebut belum diketahui secara pasti. Tetapi kemudian muncul
dugaan-dugaan bahwa orang-oratig di luar agama Islamlah yang melakukan perbuatan
penganiayan terhadap kaum muslimin. Sehingga antara agama-agama yang ada di Maluku dan
Ambon saling mencurigai. Orang-orang islam mencurigai, umat Kristen sebagai dalangnya.
Begitu pula, sebalikya orang kristen mencurigai umat Islam sebagai penyebab utama kerusahan
di Ambon dan Maluku.
Selain disebabkan oleh agama, sekarang juga muncul sentimen-sentimen terhadap
masyarakat di perkotaan yang disebabkan oleh etnik atau ras. Dengan munculnya situasi seperti
ini, kerukunan antara etnis di wilayah Indonesia, khususnya di daerah perkotaan tidak terlihat
lagi. Sebagai contoh, bagaimana etnis Dayak dan etnis Madura. Kedua etnis ini memunculkan 50
masalah besar di daerah Kalimantan yaitu di Sampit. Antara kedua etnis ini terlihat mulai
terkoyak kerukunan yang selama ini mereka jalin.
Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa pada saat sekar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar